Nama Anggota Kelompok :
Ria D Hutasoit 110511188
Nike Prameswari 110511191
Ferry Koesindratmono 110511193
M. Arie Irfandy 110511211
Anjardini Dwi Satiti 110511222
Nidya Liesdiarini 110511255
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TAHUN 2007
KEKUASAAN
Jim Jones menyebut Janestown sebagai komunitas yang ideal, sebuah tempat dimana setiap orang menemukan cinta dan kebahagiaan. Tetapi para pria, wanita serta anak-anak yang bergabung dalam kelompok Jones di sebuah desa kecil yang terletak di Hutan Guyana tidak menemukan kebahagiaan. Malah mereka merasa bahwa kelompok tersebut menggunakan kekuasaannya secara tidak masuk akal dalam mengatur nasib mereka. Jones menyuruh anggotanya mengorbankan segala kepentingan pribadi, demi kepentingan kelompok. Mereka bekerja sepanjang waktu di ladang dan hanya diberi sedikit makanan. Mereka tidak diizinkan berkomunikasi dengan keluarga mereka yang berada di Amerika. Mereka bahkan menuruti jika Jones meminta hidup mereka. Lebih dari 900 orang-orang ditempat itu mau menelan racun saat Jones menyuruh mereka mati secara bermartabat.
Mengapa para anggota kelompok Jones tetap mematuhi perintah walaupun sebenarnya mereka tidak akan mendapat konsekuensi yang buruk jika menolaknya? Kekuatan apa yang bisa membuat orang tua memberi racun pada anaknya? Banyak hal dari Jones, kemampuannya mempengaruhi, karismanya, keburukan moralnya. Penjelasan yang dapat digunakan untuk menerangkan kekuasaan terhadap kelompok dan pemimpin kelompok adalah kemampuan untuk mempengaruhi anggotanya, bahkan saat anggota tersebut mencoba untuk menolak pengaruh itu.
Kepatuhan Terhadap Otoritas
Bertrand Russell mengemukakan bahwa “konsep utama dalam ilmu sosial adalah kekuasaan, sama seperti energi dalam konsep dasar fisika”. Pelatih menuntut kepatuhan dari para pemainnya, polisi meminta para pengemudi mendaftarkan mobil mereka, seorang bos mengatakan pada pekerjanya untuk segera kembali bekerja, semua hal tersebut merupakan social power dalam mempengaruhi orang lain. Orang yang berkuasa dapat membuat orang lain melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya sendiri. Mereka dapat meramalkan dan menghasilkan efek yang diharapkan dari orang lain, bahkan saat orang lain tersebut berusaha untuk menolak.
Eksperimen Milgram
Stanley Milgram mempelajari kelompok pada suatu otoritas dengan menciptakan kelompok kecil dalam laboratoriumnya di Universitas Yale. Sebagai pemimpin eksperimen tersebut, ia menetapkan masing-masing agenda kelompok, dan tugas anggota kelompok. Ia adalah orang kulit putih, berusia sekitar 30 tahun, dan ia memakai jas lab abu-abu. Dua anggota kelompok lain telah ditugaskan untuk mengadakan eksperimen tersebut. Pokok materi sebagai petunjuk dengan pembacaan satu rangkaian kata-kata yang telah dipasangkan (kotak biru, hari yang indah, hari liar, dll) kepada pelajar yang diharapkan untuk menghafalnya. Guru akan memeriksa kemampuan pelajar dalam mengingat pasangan kata tersebut kemudian membaca pasangan kata pertama dan beberapa jawaban (seperti, biru: langit, tinta, kotak, lampu). Apabila gagal, akan dihukum dengan sengatan listrik.
Setelah peneliti menugaskan pokok materi, kedua anggota kelompok masuk ke dalam ruang. Selanjutnya diikat pada kursi yang telah dirancang “untuk mencegah gerakan berlebihan sepanjang sengatan.” Pelajar duduk dengan tenang pada saat listrik disengatkan pergelangan tangannya.
Peneliti kemudian meminta subyek kembali ke ruang lain dan mendudukkannya di generator sengatan elektrik. Mesin yang dibuat Milgram, tersusun dari 30 baris tombol elektrik. Masing-Masing tombol, ketika ditekan, akan mengirimkan suatu sengatan pada subyek tersebut. Tingkat sengatan pada tombol pertama di sisi kiri adalah 15 volt, tombol yang berikutnya adalah 30, kemudian 45, dan seterusnya, hingga 450 volt.
Situasi sangat nyata dan disediakan sebagai suatu analog laboratoris terhadap dunia nyata diamana otoritas memberikan perintah kepada para bawahan. Peneliti, bertindak dengan keyakinan pribadi dan sikap tenang. Ia memberi perintah, seolah-olah ia tidak pernah menanyakan ketepatan dari tindakannya sendiri, dan ia nampak dikejutkan bahwa guru akan mencoba untuk mengakhiri rangkaian sengatan. Walaupun begitu, dari sudut pandang subyek, otoritas ini memaksa mereka untuk bertindak dengan cara yang boleh jadi berbahaya bagi orang lain. Ketika mereka menerima pembayaran 4.50 dolar, mereka secara implisit setuju untuk menyelesaikan instruksi penelitian, tetapi mereka ragu antara tugas ini dan keinginannya untuk melindungi pelajar dari kemungkinan bahaya. Milgram merancang eksperimennya untuk menentukan sisi mana yang akan memenangkan didalam konflik ini.
Temuan Milgram
Awalnya Milgram yakni bahwa hanya sedikit dari partisipan yang akan mengikuti perintah peneliti dan tak satupun dari subyek akan mau memberi kejutan pada level 450 volt, sebagian besar dari mereka akan berhenti pada level 150 volt. Namun Milgram menemukan bahwa dari 40 orang yang berperan sebagai guru pada eksperimen tersebut, 26 orang (65%) memberikan kejutan sampai level 450 volt kepada murid. Tak satupun dari mereka menghentikan pemberian kejutan dibawah level 300 volt. Bahkan beberapa dari subyek memberikan satu atau dua kejutan tambahan dari yang diperintahkan peneliti. Saat ditanyai komentarnya, subyek tersebut mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak ingin melanjutkan pemberian kejutan, tapi merasa tidak mampu menolak permintaan dari peneliti.
Kejahatan dan kepatuhan (Harm and Obedience)
Setelah meninjau ulang hasil dari 40 orang pertama yang belajar, Milgram memutuskan bahwa telah melukai pelajar itu. Semua yang mereka dengar adalah suatu yang rancu, dan peneliti mengatakan kepada mereka untuk mengabaikannya. Untuk membuat luka yang lebih nyata, Milgram menambahkan isyarat tambahan yang dengan jelas membuat pelajar menderita.
Voice-Feedback condition
Permohonan dan ratapan pelajar (yang direkam secara hati-hati) bisa terdengar melalui dinding itu. Ia mendengkur manakala dikejutkan pada tingkatan di bawah 120 volt dan mengeluh sakit. Pada 150 volt, ia menjerit, ” Peneliti, keluarkan aku dari sini! Aku tidak akan menjadi eksperimen lagi! Aku menolak untuk diteruskan!” (Milgram, 1974, p.23). Ia terus menjerit dan menuntut untuk dilepaskan sampai level 300-volt, jika ia menolak untuk menjawab pertanyaan lagi. Meskipun demikian ada 62.5% subyek mematuhi sampai level 450-volt.
Proximity condition
Pelajar duduk dalam ruangan yang sama dengan guru, menyuarakan keluhan yang sama yang digunakan dalam voice-feedback condition dan menulis rasa sakit masing-masing kejutan. Kepatuhan merosot sampai 40%.
Touch-Proximity condition
Pelajar duduk disebelah guru dan menerima kejutan manakala ia meletakkan tangannya diatas shock plate. Pada level 150-volt, ia menolak untuk menurunkan tangannya dari atas plate, jadi peneliti memberi subyek suatu sarung tangan dan memberitahukan kepada dia untuk menekan tangan pelajar kedalam plate seperti ketika ia menekan tombol kejutan. Meski demikian (still), 30% yang dipatuhi.
Heart condition
Pelajar sekali lagi didudukkan didalam ruangan berdampingan, tetapi peneliti menghubungkan kawat kepada lengan tangannya. Pelajar menyebutkan bahwa ia telah menunjukkan perasaannya dan ditanya keluhannya. Peneliti berkata bahwa kejutan tidak akan menyebabkan kerusakan permanen. Sepanjang tahap kejutan, keluhan dan erangan protes pelajar bisa terdengar melalui dinding, dan ia juga berulang-kali mengeluh bahwa hatinya merasa cemas. Sekalipun ia berhenti menjawab setelah 330 volt, 65% subyek tetap menjalankan kejutan sampai level 450-volt.
Membatasi kekuasaan peneliti
Ketika Milgram memperkuat keluhan pelajar, subyek harus telah mengenal bahwa mereka telah dilukai. Sekalipun begitu, banyak yang masih mematuhi. Maka, Milgram mencari-cari jalan untuk membatasi kekuasaan peneliti di atas guru dengan memanipulasi kemampuan pengawasan peneliti, gengsi, keahlian, dan hak kekuasaan.
Milgram mengurangi kendali peneliti atas subyek dengan memindahkan hak dari ruang itu. Guru bisa mendengar pelajar, tetapi peneliti meninggalkan ruang setelah instruksi itu selesai. Ia selanjutnya memberi perintah dari telepon, tetapi hanya 20% dari peserta taat pada level 450-volt. Nyatanya, banyak subyek mempercayai peneliti akan meningkatkan kejutan setiap mereka melakukan kesalahan ketika mereka hanya memberikan 15 volt.
Efek Kelompok (Group Effects)
Milgram juga mendemonstrasikan beberapa efek menarik dari perilaku anggota kelompok lain terhadap kepatuhan subyek. Pada satu variasi, subyek hanya mencatat informasi dan menampilkan tugas tambahan sementara rekannya menekan tombol penyengat listrik. Pada variasi ini, 92.5 % kepatuhan memenuhi tugasnya tanpa intervensi. Jika, rekannya menolak untuk menekan tombol kejutan dan peneliti memberitahukan kepada subyek untuk mengambil alih, hanya 10% subyek yang taat secara maksimal. Juga, jika dua peneliti berlari menjalankan riset, tetapi seseorang dituntut melanjutkan kejutan selagi yang lain membantah untuk menghentikan kejutan, semua subyek mematuhi perintah dari sosok yang lebih otoritas.
Dalam studi ini, laki-laki jadi lebih taat dibanding wanita, tetapi studi lain tidak menemukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan (Milgram, 1974) atau ketaatan tertinggi diantar wanita (Sheridan& Raja, 1972).
Sumber Kekuasaan (Sources of Power)
Saat pelatih mengatakan kepada pemain untuk duduk dalam bangku, pemain mematuhi. Pengemudi menyerahkan lisensi-nya ketika polisi menuntut. Siswa menghentikan percakapannya dengan temannya ketika guru mengatkan, “Tidak ada yang bicara.” Kapan seseorang bertindak dalam suatu pertunjukan dominan, orang lain cenderung untuk bersikap patuh. Kapan seseorang nampak lemah, orang lain akan menjadi kuat. Orang pada umumnya melakukan apa yang otoritas (orang yang berkuasa) katakan kepada mereka untuk dilakukan. Milgram menyelidiki lebih teliti implikasi tentang kecenderungan ini (Carson, 1969; Giffrord & O’Connor, 1987; MacCoun, 1993; Tyler, 1990; Tyler n& Lind, 1992; Strong et al, 1998).
Dasar Kekuasaan (Power Bases)
John R.P. French dan Bertram Raven (1959), dalam analisis yang brilian pada akar dari kekuatan dalam group dan organisasi, diidentifikasikan enam kunci Power Base yang ditunjukkan dalam tabel. Anggota dari kelompok (group) yang mengontrol Power Base ini, mereka mendapat reward atau punisment, mereka disukai dan dihormati, mereka diterima oleh anggota sebagai pemimpin yang dilegitimasi, dan mereka yang menguasai keahlian dan informasi khusus akan lebih berpengaruh daripada anggota group yang gagal melindungi dasar dari kekuatan. Tabel Power Base tersebut adalah sbb :
Base
Definition
Reward Power
Kapabilitas dalam mengontrol distribusi dalam memberi reward atau menawarkannya pada target.
Coercive Power
Kapasitas untuk memperlakukan dan menghukum mereka yang tidak mematuhi permintaan atau perintah.
Legitimate Power
Pemimpin memperoleh hak dari pemegang kekuatan untuk memerlukan dan menuntut ketaatan.
Referent Power
Pengaruh berdasar pada bagaimana target mengidentifikasikan dengan atraksi atau hormat pada pemegang kekuasaan.
Expert Power
Pengaruh berdasar pada kepercayaan target bahwa pemegang kekuatan memiliki keahlian dan kemampuan yang superior.
Informational Power
Pengaruh berdasar pada penggunaan potensial dalam sumber daya informasi, termasuk argumen rasional, persuasi atau data fakta.
Keterangan :
Reward Power
adalah kemampuan dalam mengontrol distribusi dalam pemberian reward atau menawarkan pada grup lainnya. Dalam hal ini reward bisa dalam bentuk : Bintang emas untuk murid, gaji untuk karyawan, persetujuan sosial untuk subyek dalam eksperimen, positif feed back untuk karyawan, makanan untuk orang kelaparan, kebebasan untuk narapidana, dan bahkan bunuh diri untuk yang merasa hidupnya tersiksa. Teori Social Exchange, menyarankan untuk mempertinggi kekuatan (power) ketika : (1) reward dihargai, (2) anggota grup tergantung pada pemegang kekuatan untuk sumber daya, dan (3) janji-janji pemegang kekuatan dapat dipercaya.
Coersive Power
adalah kemampuan untuk menghukum atau memperlakukan seseorang yang tidak melakukan permintaan atau perintah. Diperoleh dari salah satu kapasitas untuk membagikan punishment pada mereka yang tidak mematuhi permintaan atau perintah. Contoh dari Coersive Power adalah : Negara memperlakukan negara-negara lain dengan serangan dan sanksi ekonomi. Pemberi kerja memperlakukan kaeyawan-karyawannya dengan tidak memberi gaji, ditrasfer pada pekerjaan yang tidak diinginkan, atau bahkan dipecat. Guru menghukum murid yang nakal dengan tugas yang banyak, penangkapan, atau pandangan marah. Seseorang juga menggunakan Coersive untuk mempengaruhi anggota grup lain, walaupun kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan reward power daripada coersive power jika keduanya tersedia (Molm,1987,1988)
Legitimate Power
adalah kekuatan yang bersumber dari otoritas yang dapat dipertimbangkan hak untuk memerlukan dan pemenuhan perintah. Individu yang memiliki legitimate power menyadarai untuk menanyakan yang lain untuk menataati perintah mereka. Pegawai polisi mengatakan penonton untuk pindah, sersan memerintahkan regu penolong untuk memperhatikan, profesor menunggu isi kelas diam dan tenang sebelum mengajarkan materinya.
Referent Power
menjelaskan bagaimana charismatic leader (seberapa tinggi komitmen anggota tersebut pada kelompoknya) mengatur untuk menggunakan banyak kontrol dalam grup mereka. Siapakah anggota yang paling baik, paling disukai, paling dihargai dsb.
Expert Power
Para anggota kelompok sering berbeda dari mereka yang memiliki kemampuan dan skill yang superior. Sebagaimana dengan sebagian besar power base yang diidentifikasikan oleh French dan Raven, seseorang tidak perlu menjadi ahli untuk mendapatkan kekuatan ahli. Orang tersebut hanya perlu diterima oleh orang lain sebagai seorang yang ahli (Kapolwitz,1978; Littlepage & Mueller,1997). Para peneliti menunjukkan pengaruh keahlian dengan menyusun dyad untuk bekerja pada serangkaian problem. Separuh dari subyek cenderung mempercayai bahwa kemampuan partner mereka yang menjalankan tugas cukup unggul dan menganggap teman yang istirahat memiliki kemampuan lemah. Sebagaimana konsep yang disarankan oleh kekuatan ahli, individu yang berpikir bahwa partner mereka adalah seorang ahli menerima rekomendasi kira-kira 68% dari waktu, sementara subyek yang dipasangkan dengan partner yang dianggap inferior menerima rekomendasi hanya 45% dari waktu (Foschi,Warriner, dan Hart,1985; lihat juga Schopler & Layton, 1972a,1972b).
Informational Power
Pada tahun 1965, Raven mengubah daftar lima Power Bases miliknya dengan menambahkan Informational Power yaitu potensi untuk menggunakan sumber-sumber informasional, meliputi argumen rasional, persuasi dari data faktual untuk mempengaruhi yang lain (Raven,1992). Jones merupakan pembicara persuasif. Dia menawarkan jalan yang jelas untuk keselamatan, dan orang-orang hanya perlu mempelajari ajarannya dan mematuhi perintahnya agar selamat. Kekuatan kepribadiannya, kesederhanaan ideologinya, keinginannya untuk bertindak menurut keyakinannya, menginspirasikan kepercayaan yang tulus dari para pengikutnya yang kadang-kadang menganggapnya sebagai sumber terakhir dari kebenaran dan pengetahuan.
Taktik Kekuasaan
French dan Raven berpendapat bahwa orang-orang menggambarkan kekuatan (power) dari enam sumber kunci ;Jones berkuasa penuh karena dia mengontrol enam dasar tersebut, dan para pengikutnya lemah karena mereka kekurangan basis kekuasaan (power base) (French & Raven 1959; Raven, 1965, 1992). Enam basis tersebut, tidak hanya berarti dapat mempengaruhi yang lain. Ketika seseorang harus mempengaruhi yang lain, mereka sering menggunakan cara dengan melaporkan penggunaan janji, hadiah, ancaman, hukuman, keahlian, dan informasi. Tetapi mereka juga menambahkan taktik ini dengan taktik-taktik lainnya. Diantaranya yaitu :
a.Directness.
Taktik langsung adalah metode pengaruh yang jelas dan eksplisit; ancaman, permintaan dan keyakinan menyertai (semata-mata menjalankan dan melakukan apa yang ingin anda lakukan meski ada yang keberatan) merupakan semua metode langsung. David Kipnis (1984) menggunakan istilah kuat dan lemah daripada langsung tidak langsung.
b.Rasionalitas.
Taktik-taktik yang menekankan alasan, logika dan penilaian yang baik merupakan taktik-taktik rasional; penawaran dan persuasif merupakan contoh-contohnya. Taktik-taktik seperti integrasi dan pengelakkan merupakan taktik-taktik pengaruh non-rasional, karena mengandalkan pada emosionalitas dan kesalahan informasi.
c.Bilateralitas.
Beberapa taktik bersifat interaktif, melibatkan proses memberi dan menerima antara yang memberi pengaruh dan target yang akan dipengaruhi. Taktik bilateral tersebut meliputi persuasi, diskusi dan negosiasi. Taktik-taktik unilateral sebaliknya, bisa dibuat tanpa kerjasama dengan target yang akan dipengaruhi. Taktik-taktik tersebut meliputi permintaan, penyelesaian yang jujur, penghindaran dan ketidakterlibatan.
Orang-orang memilih taktik-taktik kekuasaan yang berbeda, tergantung pada sifat situasi kelompok (Yukl, Fable & Joo, 1993; Yukl, Guinan & Sottolano, 1995). Orang yang memiliki status tertinggi di dalam kelompok yang penuh dengan konflik akan menggunakan taktik yang berbeda dari seseorang yang memiliki status yang rendah dan ingin meminimalkan konflik (misalnya Ansari & Kapoor, 1987; Canary, Cody, & Martison, 1986; Cheng, 1983; Holtgraves & Yang, 1992).
Orang-orang juga menunjukkan pilihan pribadi dalam memilih taktik. Toni Fablo (1997) menyelidiki kecenderungan tersebut dengan meminta orang-orang untuk menulis esay pendek dengan topik “Bagaimana Memperoleh Jalan Saya Sendiri”. Dia menemukan bahwa seseorang yang sangat ingin diterima dan disukai oleh anggota kelompok yang lain melaporkan lebih menggunakan taktik tak langsung/rasional daripada taktik langsung/rasional. Mereka yang cenderung melakukan penilaian kelompok dilaporkan lebih menggunakan metode-metode rasional dibandingkan dengan metode-metode non rasional. Para peneliti yang lain menemukan bahwa orang-orang ekstrovert menggunakan lebih banyak taktik daripada orang-orang introvert (Caldwell & Bruger, 1997).
Pria dan wanita juga berbeda dalam memilih taktik kekuasaan. Pria dan wanita yang mengawasi pekerja yang tidak efektif menggunakan taktik penghargaan dan kritikan, tetapi wanita kurang sering turut campur tangan dan memiliki taktik yang lebih terbatas. Wanita menjanjikan peningkatan gaji yang lebih kecil dan mengancam akan memperbesar pemotongan gaji daripada pria, dan wanita juga berbeda dalam menggunakan kekuasaan dalam hubungan yang lebih intim, dimana pria cenderung menggunakan taktik langsung dan bilateral sementara wanita menggunakan unilateral dan metode tak langsung (Belk et al, 1998; Fablo & Peplau, 1980).
Beberapa Taktik yang digunakan Seseorang untuk Mempengaruhi orang lain dalam kehidupan sehari-hari
Taktik
contoh
Taktik
contoh
Pemarah
klaim
keahlian
mengeluh
aku teriaki dia
aku mengkritik kerjanya
aku menekan disekelilingnya
Aku biarkan dia mengetahui bahwa Aku adalah seorang tenaga ahli
Aku menguburnya di dalam detil teknis
Aku bersandar pada pengalaman ku
Aku mengeluh tentang semua pekerjaanku
Aku menemui banyak keluhan pada studiku
Aku mengeluh saat sakit kepala
Memaksa bergabung
Menggerakkan
Negosiasi
Hukuman
aku menyuruh bosku untuk sependapat denganku
aku melawan kelompok dengan berlawanan
aku menyuruh orang lain tetap disisiku
aku berbohong
aku menyuruhnya untuk memikirkan idenya
aku meninggalkan kepentingan yang detil
aku menawarkan murah padanya
aku membuat suatu rencana untuk kompromi
aku sebagai penegosiasi dan persetujuan
aku menyerangnya dia
aku tampar dia
Aku menyingkirkan mainan nya
Rasionalitas.
Taktik yang menekankan pada alasan, logika, dan pengambilan keputusan yang baik adalah taktik rasionalitas, menawar dan persuasi merupakan contoh dari rasionalitas.
Bilateralitas
Suatu taktik interaktif, menyertakan usaha memberi dan menerima dengan seseorang yang dipengaruhi. Contoh taktik ini adalah persuasi, diskusi, negosiasi.
Taktik Sepihak
Pada kenyataannya dapat ditetapkan tanpa adanya kooperasi dari target yang akan dipengaruhi. Contoh dari taktik ini adalah permintaan, pengelakan.
Seseorang memilih taktik kekuasaan yang berbeda, tergantung pada alam / kondisi dari situasi kelompok itu. (Yukl, Falbe, & Joo, 1993; Yuki, Guinan, & Sottolano, 1995). Seseorang yang memiliki status tinggi pada suatu kelompok yang penuh dengan konflik akan menggunakan taktik yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang memiliki status rendah dalam kelompok yang cenderung mengurangi terjadinya konflik. (e.g., Ansari & Kapoor, 1987; Canary, Cody, & Marston, 1986; Cheng, 1983 ; Holtgraves & Yang, 1992).
Seseorang juga menunjukkan pilihan pribadinya dalam memilih taktik mereka. Pria dan wanita juga berbeda dalam memilih taktik kekuasaan mereka. Untuk Pria lebih condong pada taktik bilateralitas dan taktik mengarahkan, sedangkan wanita lebih tertarik dengan taktik sepihak dan tidak suka mengarahkan. (Belk et al., 1988; Falbo & peplau , 1980).
Dinamika otoritas
Eksperimenter Milgram, seperti Jim Jones mendapatkan kekuasaannya dari beberapa basis. Kekuasaan untuk menghargai sangat tinggi karena dia memberikan pembayaran dan juga karena dia merupakan sumber penting dalam evaluasi positif; subyek ingin mendapatkan penilaian dari figur otoritas ini. Dia juga menggunakan dorongan koersif: “Eksperimen memerlukan bahwa anda terus” dan “Anda tidak memiliki pilihan lain, anda harus terus” mengingatkan konsekwensi-konsekwensi negatif atas ketidakpatuhan. Banyak subyek juga berasumsi bahwa eksperimenter tersebut memiliki hak sah untuk mengontrol tindakan mereka dan bahwa orang yang belajar tidak memiliki hak untuk berhenti belajar. Subyek juga menghormati Yale dan mengakui pentingnya penelitian ilmiah, sehingga eksperimenter memiliki kekuasaan referen. Sangat sedikit yang tahu tentang listrik, sehingga mereka menganggap eksperimenter sebagai seorang ahli. Suksesi di Milgram dalam menyusun situasi di mana otoritas membanggakan enam bentuk kekuasaan: penghargaan, koersif, sah , referen, ahli dan infrmasional.
Situasi tersebut juga memasukkan dinamika subordinat dan otoritas yang kuat. Saat individu menjadi bagian dari kelompok yang tersusun secara hirarkis, mereka segera kehilangan kontrol atas tindakan mereka. Mereka memasuki apa yang disebut Milgram sebagai agentic state; mereka menjadi agen-agen dari otoritas yang lebh tinggi (Milgram, 1974). Dalam penelitian tentang ketaatan, peran mereka sebagia guru menuntut perhatian yang lebih untuk instruksi, memantau secara hati-hati tindakan mereka sendiri dan menjalankan perintah otoritas. Meski mereka mempertanyakan hukuman atas para pelajar, sebagian besar menerima definisi otoritas sebagai hal yang tidak berbahaya. Mereka jgua merasakan sedikit tanggung jawab atas apa yang terjadi pada pelajar, karena mereka hanya mengikut perintah. Ketidakpatuhan hanya muncul saat pengaruh-pengaruh kepatuhan menjadi sangat negatif bahwa keyakinan dalam tentang nilai hidup manusia membanjiri tekanan eksternal situasi. Dalam agentic state, kepatuhan adalah hal yang mudah; sebaliknya ketidakpatuhan dirah hanya dengan kesulitan yang besar dan dengan biaya psikologis yang besar (Milgram, 1974; lihat Hamilton, 1986; Silver & Geller, 978; Staub, 1985).
Tanggung jawab dan ketaatan
Tanggung jawab bagi sebuah tujuan dan aktifitas kelompok tidak didistribusikan secara merata pada seluruh anggota kelompok. Mereka yang menempati posisi otoritas di dalam kelompok – pemimpin, eksekutif, manajer dan bos – umumnya dianggap lebih bertanggungjawab daripad mereka yang menempati posisi status lemah sebagai bawahan dan pekerja (Blass, 1995, 1996; Hamilton & Sanders, 1995). Dalam beberapa kasus, konsentrasi tanggung jawab ini bisa menjadi sangat besar di mana para bawahan dalam kelompok yang terorganisir secara hirarkis tidak lama bertanggungjawab secara pribadi atas tindakan mereka. Mereka merasa “bertanggungjawab terhadap otoritas” tetapi “tidak bertanggungjawab atas isi tindakan yang ditentukan oleh otoritas” (Milgram 1974, hal 145 – 146).
Milgram percaya bahwa para individu yang tidak lama merasakan tanggungjawab secara moral atau secara legal cenderung mematuhi perintah otoritas. Dia mencatat hubungan antara tanggungjawab dan kepatuhan dengan meminta subyek untuk mengalokasikan tanggungjawab untuk situasi di antara tiga partisipan – eksperimenter, guru dan murid. Subyek yang patuh memiliki tanggungjawab lebih terhadap eksperimenter daripada tanggungjawab terhadap diri sendiri. Mereka juga memberikan dua kali tanggungjawab sebanyak yang diterima oleh subyek yang tidak patuh. Subyek yang tidak patuh mengambil tanggungjawab lebih besar daripada yang mereka hubungkan dengan eksperimenter (Mantell & Panzarella, 1976; Meeus & Raaijmakers, 1995; West, Gunn & Chernicky, 1975).
Analisis Milgram terhadap tanggungjawab juga konsisten dengan studi difusi tanggungjawab: Orang-orang merasa kurang bertanggungjawab secara pribadi saat mereka berada di dalam kelompok daripada saat mereka sendiri. Bibb Latane dan John Darley (1970) menggunakan konsep ini untuk menjelaskan mengapa tidak ada satu campur tangan untuk membantu Kitty Genovese saat dia dibunuh di Queens, New York. Latane dan Darley menyimpulkan bahwa setiap pengamat merasa bahwa orang lain harus bertanggungjawab dalam situasi tersebut. Sebenarnya, orang-orang yang menyaksikan peristiwa darurat cenderung melaporkan bahwa mereka tidak merasa bertanggungjawab jika mereka berada dalm sebuah kelompok. Orang-orang yang sendirian sebaliknya mengklaim bahwa mereka secara spontan berpikir memiliki kewajiban untuk membantu (Schwartz & Gottlieb, 1976, 1980). Perilaku kelompok negatif lainnya, meliputi penurunan dalam upaya kolektif, konflik, perilaku berkerumun, dan vandalisme semuanya ditujukan pada penurunan dalam tanggungjawab yang diterima yang terjadi dalam kelompok (Leary & Forsyth, 1987).
Kekuasaan dari peran
Saat Subjek tiba di penelitian milgram, mereka secara hati-hati berperan sebagai guru. Tugas-tugas yang menyangkut peran itu dijelaskan pada mereka, kemudian mereka diminta untuk memerankan secara nyata peran yang sudah mereka terima. Dan hasilnya peran mereka merupakan dasar tindakan mereka.
Zimbardo mengakui bahwa ia menemukan keseluruhan dirinya menenggelamkan terlalu dalam hingga sangat mungkin mengkhawatirkan “prison berak” dan mengawasi otokrasi prosedur mengunjungi.
Mengapa yang dipenjara menjawab dengan patuh dan pengawal sangat otokrasi? Zimbardo percaya bahwa peserta merasa dipaksa untuk bertindak secara konsisten dengan peran mereka. Semua pokok materi mempunyai suatu jenis gagasan umum dari apa yang dimaksud untuk bertindak seperti narapidana atau seperti pengawal.
Kepatuhan dan Komitmen
Studi menyangkut taktik pengaruh yang digunakan oleh orang orang pelayan toko, fundraisers, otoritas, dan bahkan pengemis mengkonfirmasikan kuasa secara berangsur-angsur memperluas permintaan (Cialdini, 1993). Foot-In-The-Door1 teknik, sebagai contoh, bekerja dengan pedoman mendahului suatu permintaan utama dengan yang kecil yang menjadi sangat tidak penting/tidak logis yang sedikit orang akan berkeberatan untuk mematuhi. Penyelidik mempertunjukkan kekuatan teknik ini dengan menanyakan pemilik rumah untuk menempatkan suatu tanda besar, yang tidak menarik di halaman mereka. Hampir semua menolak kecuali jika permintaan utama ini telah didahului oleh suatu permintaan yang lebih kecil (Freedman& Fraser, 1966).
Sumber Kepatuhan
Ketika tatap muka pertama tentang peristiwa seperti itu, orang sering jatuh korban pada attribusi kesalahan dasar ( FAE) : Mereka menyalahkan kepribadian dari individu dibanding kelompok yang kuat memproses di tempat kerja yang memaksa mereka untuk patuh (Vorauer&Miller, 1997; West Et al., 1975).
Tentu saja, di dalam kejadian ekstrim manakala penguasa menimbulkan penderitaan luar biasa dan kemalangan atas orang-orang, anggota kelompok menyalahkan diri mereka sendiri atas kesengsaraan mereka.
Attribusi kesalahan dasar ( FAE) : Kecenderungan untuk menaksir terlalu tinggi pengaruh faktor dispositional yang menyebabkan meremehkan pengaruh faktor situational.
Pengaruh Perubahan Bentuk Kekuasaan
Sekali kekuasaan digunakan, efek sampingnya memuja-muja&mencaci-maki melalui kelompok, menciptakan perubahan di dalam kedua-duanya yang mana hal itu mempengaruhi dan mereka yang berlatih pengaruh ( Kipnis, 1974, 1984).
Perubahan dan Pemenuhan
Tiga Tahap Teori Konversi menurut Kelman :
Pemenuhan (compliance) adalah individu mematuhi permintaan penguasa, tapi tidak secara pribadi tidak setuju dengan mereka. Jika penguasa tidak menyajikan, target menentang.
Identifikasi (identification) adalah pemenuhan individu dengan sebenarnya atau permintaan diantisipasi dari suatu otoritas yang termotivasi oleh suatu keinginan untuk meniru dan menyenangkan penguasa. Individu mengadopsi perbuatan, karakteristik, dan sikap dari penguasa.
Internalisasi (internalization) adalah individu mematuhi permintaan penguasa sebab permintaan itu adalah sama dan sebangun dengan kepercayaan pribadinya, cita-cita, dan norma-norma. Individu akan melaksanakan tindakan yang diperlukan sekalipun yang tidak dimonitor oleh penguasa.
Tiga tahap ini menjelaskan perubahan bagaimana kelompok mengubah calon anggota menjadi anggota kuat dari waktu ke waktu.
Perlawanan Untuk Pengaruh
Otoritas tidak selalu berhasil. Kadang-kadang target yang ingin dipengaruhi tidak mematuhinya, tetapi sebagai ganti jalan keluar daerah penguasa mengendalikan atau menerapkan pengaruh sebagai balasan. Mereka mungkin, sebagai contoh, membentuk suatu kesatuan/koalisi revolusioner yang menentang permintaan penguasa ( Lawler, 1975; Lawler& Thompson, 1978, 1979).
Kemungkinan konflik di dalam kelompok juga meningkat dengan penggunaan jenis pengaruh tertentu. Metode coercive lebih efektif ketika diterapkan, karena mereka akan konsisten untuk menghukum tindakan yang dilarang ( Moim, 1994).
Studi tentang timbal balik didalam kelompok menunjukkan bahwa ketika orang-orang diberi hadiah oleh powerholder, mereka cenderung untuk saling memberi dengan kooperasi ; jika, kontras, powerholders memberikan paksaan, maka akan menimbulkan suatu ( Schlenker, Nacci, Kemudi,& Tedeschi, 1976). Pemberian penghargaan dan memaksa dapat juga menyebabkan anggota kelompok menjadi kehilangan minat didalam pekerjaan mereka, maka Supervisor yang menciptakan perasaan otonomi dalam diri mereka. Sedangkan, supervisor yang menggunakan metode memaksa atau memberikan penghargaan maka, metode tersebut dapat menurunkan produktivitas ketika mereka tidak melakukan monitoring terhadap kelompok tersebut. ( Dcci, Nezlek,& Sheinman, 1981; Pelletier& Vallerand, 1996). Oleh sebab itu, tenaga ahli advokat atau organisatoris yang mempunyai kuasa dengan para bawahan yakni dengan berbagi tanggung-jawab, memberi kuasa kepada pekerja, dan menggunakan regu kerja self-directed ( Hollander& Offermann, 1990).
Konflik yang diciptakan oleh pengaruh memaksa dapat mengganggu keseluruhan fungsi dalam kelompok. Taktik memaksa seperti hukuman fisik, menunjukkan kemarahan, dan kegaduhan yang tidak hanya gagal untuk merubah target perilaku siswa tetapi juga mendorong kearah hal negatif perubahan dalam atmospir kelas ( Kounin& Gump, 1958).
Metode pengaruh langsung, yang tidak logis dapat juga mengurangi kualitas dari hubungan antara target dan pemegang kekuasaan (powerholder).
Sebagai contoh, orang-orang menilai daya pikat seorang manajer yang menggunakan yang metode pemaksaan, penghargaan, kekuasaaan, memaksa, referent, tenaga ahli, atau informational untuk menggerakkan atau mempengaruhi seorang bawahan.
Perubahan dalam pemegang kekuasaan (Powerholder)
Efek metamorphic dari pemberian kekuasaan yang panjang oleh para peneliti yang menyangkut tentang kondisi manusia ( Kipnis, 1974).
Kekuasaan merusak
Ketika individu memperoleh kekuasaan, mereka cenderung untuk mempengaruhi orang lain. Kipnis ( 1972) mengatur untuk membangun para siswa bisnis berpartisipasi sebagai manajer didalam suatu perusahaan manufaktur setelah mereka menceritakan bahwa mereka tentang performance yang baik akan menjadi indicator dalam kepempinan yang potensial didalam situasi eksekutif lain.
Prosedur dirancang sedemikian rupa, sehingga para manajer tidak bisa secara langsung berinteraksi dengan para pekerja, namun mereka tetap menjaga informasi untuk tingkat produksi mereka oleh asisten, yang membawa produk jadi dari empat para pekerja
Ketika kekuasaan telah digunakan untuk mempengaruhi orang lain, perubahan diri mereka dalam persepsi pemegang kekuasaan (powerholders) tentang pengaruh target yang juga mengambil tempat.
Alvin Zander dan para rekan kerjanya menemukan bahwa dokter jiwa yang cenderung meremehkan kemampuan dari psikolog yang mereka awasi ( Zander, Cohen,& Stotland, 1959). Walaupun psikolog mempercayai diri mereka, bahwa mereka mampu dalam mengembangkan diagnosa dan melaksanakan therapy, dokter jiwa hanya mempertimbangkan kualitas mereka untuk melakukan pengujian psikologis. Bukti juga menyatakan bahwa pemegang kekuasaan (powerholders) cenderung untuk ( 1) meningkatkan jarak sosial antara diri mereka dengan yang tidak mempunyai kekuasaan, ( 2) percaya bahwa yang tidak kuat adalah tak dapat dipercaya dan kurang dekat dengan supervisor, dan ( 3) mendevaluasikan kemampuan dalam pekerjaan dan kemampuan yang tidak begitu kuat ( Kipnis, 1972; Sampson, 1965; Strickland, 1958; Strickland, Barefoot,& Hockenstein, 1976).
The Mandate Phenomenon
Individu yang memperoleh kekuasaan cenderung menggunakan kekuasaannya itu untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk selanjutnya mereka cenderung mengubah persepsi orang yang mereka pengaruhi. Bagaimanapun juga kekuasaan yang terlalu kuat dapat menurunkan kewibawaan. Sebagai contohnya pada 1937, Franklin D.Roosevelt dipilih sebagai presiden Amerika Serikat dengan suara terbanyak dan selanjutnya dia meningkatkan kekuasaan kepresidenannya untuk masa datang seperti dalam Konstitusi U.S. Reaksi dari penambahan kekuasaan yang membawanya dalam perolehan dukungan yang begitu besar dari kelompoknya hingga mendapatkan label fenomena mandate (Clark & Sechrest,1976).
Para peneliti mengkonfirmasikan fenomena ini dengan meminta kelompok pelajar untuk bekerja menyelesaikan masalah dalam ruangan yang berbau tidak sedap. Para peneliti menjelaskan berbagai macam aroma yang digunakan dalam risetnya, mengurutkan dari aroma yang menyebabkan 10% hingga 90% rasa muak. Pemimpin yang dipilih kelompok yang mengambil aroma kelompok yang akan tampil, tetapi mereka berjanji tidak akan berbohong tentang aroma itu, mereka akan mendapatkan uang lebih. Dalam kondisi mandate, pemimpin berkata bahwa mereka telah secara bulat memilih pemimpinnya. Pemimpin dalam majority condition berpikir mereka akan menang lebih dari 50% suara. dalam kondisi yang terkontrol, mereka dipilih secara acak. Berdasar pada predikisi phenomenon, individu yang merasa bahwa diri mereka mendapat dukungan yang besar sekali dari kelompok yang mereka pilih lebih baik daripada dengan pemimpin yang terpilih dengan mayoritas tunggal pada subyek dengan kondisi terkontrol.
The Iron Law Oligarchy
Sekali orang memperoleh kekuasaan, mereka mengantisipasi untuk melindungi kekuasaan mereka. Aspek kuasa yang melindungi ini diartikan dalam suatu small-group versi Michels ( 1915/1959) the iron law oligarchy: individu yang berkuasa cenderung untuk tetap berkuasa, powerholder akan menjadi menikmati kekuasaannya sehingga menimbulkan suatu motivasi kuat untuk memperoleh tingkatan lebih besar dan lebih besar dalam pengaruh hubungan antar pribadi ( Mcclelland, 1975, 1985,: Musim dingin, 1973). Kebutuhan untuk kuasa, adalah suatu karakteristik kepribadian individu yang naik ke posisi autoras di dalam politik dan organisasi. Ketika mereka yang mempunyai suatu motivasi kuasa tinggi tidak bisa mengontrol kuasa itu, mereka mengalami tegangan dan meningkatkan tekanan ( Mcclelland, 1985).
Siapa yang Berkuasa (Question Authority)
Orang yang berkuasa dalam kehidupan berkelompok sangat penting. Tanpa seorang pemimpin kelompok, usaha anggota kelompok tidak akan terkoordinasi dengan baik demi tujuan yang inginkan. Para pemimpin yang kelewat batas dapat merusak motivasi, menciptakan konflik dan memecah ikatan antar anggota. Seorang pemimpin harusnya waspada akan kekuasaan mereka, karena kekuasaan itu mudah disalahgunakan. Siapa yang seharusnya berkuasa? dia adalah seseorang yang dapat mengontrol kekuasaan itu dan orang yang mempunyai kekuasaan.
KESIMPULAN
Kekuasaan adalah kapasitas untuk mempengaruhi orang lain, bahkan ketika orang lain mencoba untuk menentang pengaruh itu. Batas-batas seseorang yang berkuasa terhadap anggota kelompoknya antara lain:
1.Milgram melakukan penelitian terhadap oarng-orang yang mempunyai kemampuan untuk melawan orang-orang yang berkuasa.
2.65% subyek Milgram mentaati, rupanya karena mereka merasa kehilangan kekuasaan untuk menolak kekuasaan yang dimiliki orang lain. Hal ini merubah setting pengaruh kepatuhan.
3.Secara metodologi terdapat catatan kritik dari prosedur Milgram bahwa karakteristik kepribadian subyek Milgran cacat, tetapi Milgram menentang bahwa penelitinnya ini menekankan pada kekuatan orang yang berkuasa.
Yang merupakan sumber-sumber kekuatan pada suatu kelompok adalah:
1.French & Raven’s menganalisa bahwa dasar kekuatan menekankan pada penghargaan, paksaan, legitimasi, referensi, ahli, dan kekuatan informasi. Sebagai contohnya pemimpin yang kharismatik, menggunakan pengaruh mereka dengan mempercayakan pada kekuatan legitimasi dan kekuatan referent.
2.Orang-orang banyak yang menggunakan siasat khusus ketika mereka mempengaruhi orang lain.
Siasat tersebut diantaranya dengan mengadakan janji, ancaman, persuasi, manipulasi, penghindaran, dan pelepasan yang berbeda antara satu orang dengan orang lain dalam istilah yang tepat secara rasional dan bilateral.
Siasat yang kita gunakan untuk mempengaruhi orang lain bergantung pada setting alamiah (contoh target-target status kita yang relatif dan memenuhi target utama) dan kualitas kepribadian kita (contoh, ciri-ciri kepribadian dan jenis kelamin)
3.Teori Milgram yaitu agentic state mencatat bahwa kepatuhan kembali secara alami pada hubungan antara orang yang berkuasa dengan orang yang berpangkat lebih rendah. Ketika seorang individu menjadi bagian dari suatu organisasi, mereka secara tak sadar menjadi setuju untuk mengikuti perintah pemimpin. Mereka juga mengurangi pengalaman mereka akan tanggung jawab yang membuat keadaan lebih buruk daripada orang-orang yang merasa kurang bertanggung jawab ketika dalam kelompok daripada sendiri (diffusion of responsibility).
4.Individu-individu merasa dipaksa untuk memenuhi syarat-syarat pada peran yang diduduki dalam kelompok, seperti penjara tiruan Zimbardo.
5.Seorang penguasa memaksa anggota kelompoknya untuk patuh dengan mengambil keuntungan dari teknik foot-in-the-door: mereka mendahulukan kewajiban utama dengan penjelasan tambahan, yang salah satunya tidak berhubungan.
6.Penjelasan kepatuhan individu sedikitnya terjadi mungkin pada situasi fundamental attribution error (FAE), yang meremehkan proses kekuatan level kelompok.
Konsekuensi dari penggunaan kekuatan dalam kelompok antara lain adalah
1.Target yang akan dicapai mungkin dipengaruhi hanya dengan menuruti pernyataan orang yang berkuasa, tetapi suatu saat seorang penguasa mungkin mengalami pengenalan dan internalisasi. Ketika anggota kelompok berhubungan dengan orang yang berkuasa, mereka patuh mewakili kepribadian mereka , daripada situasi yang terpaksa.
2.Metode-metode yang memaksa juga berhubungan dengan jumlah gangguan pada kelompok, termasuk
revolutionary coalitions
reactance
level konflik sebagai anggota kelompok yang melawan orang yang berkuasa (the ripple effect)
gangguan hubungan antar person
3.Penelitian Kipnis pada efek metamorphic yaitu kekuatan yang ditemukan pada orang yang mempunyai kecenderungan memaksa bahwa ia suatu waktu akan menggunakan kekuatan ini, seorang yang berkuasa cenderung mempunyai kontrol terlalu tinggi dan menurunkan nilai target-target yang ada.
4.Orang-orang yang berkuasa sangat aman dalam posisi ini mungkin juga melampaui orang yang berkuasa dalam proses dimasa “the mandate phenomenon” mereka mungkin merasa asyik dengan kekuatan yang mereka miliki dengan keuntungan yang didapat ketika menggunakannya.